Hadapi Tantangan Pilkada 2020, Ganjar : Watak Asli Kita Adalah Rukun
SEMARANG – Kerukunan dan kondusivitas masih menjadi tantangan masyarakat pada 2020 mendatang. Pasalnya, tahun depan ada 21 Pilkada Serentak di Jawa Tengah, ditambah belum stabilnya ekonomi dunia.
Hal itu diungkapkan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat menjadi narasumber dalam acara Khazanah Ulama-Umaro di Studio TVRI Jawa Tengah, Jumat (27/12/2019). Menurut Ganjar, tantangan itu harus dijawab dengan menjaga kerukunan antarelemen masyarakat yang sejauh ini sudah dengan baik dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah.
“Paling substantif hari ini kita butuh kerukunan, karena pada 2020 ada Pilkada Serentak di 21 daerah. Isu itu (kerukunan dan intoleransi) biasanya keluar di Pilkada. Saya juga heran, pokoknya kalau mau ada kontestasi dan mau pilihan itu isu semrawut muncul lagi. Bahkan kemudian fitnahnya itu kembali,” katanya.
Ganjar menjelaskan obrolan mengenai hal substantif dengan menghadirkan Ulama-Umaro menjadi sangat penting untuk dilihat dan didengar. Apalagi demokrasi kita sudah berlangsung lama, sehingga ia berharap isu yang dikembangkan lebih bersifat program bukan terkait individu.
“Kita mesti jaga dengan karakteristiknya. Tadi sudah dikatakan kalau watak asli kita adalah rukun,” ungkapnya.
Antisipasi mengenai isu intoleransi selama 2020 juga sudah dilakukan sejak dini. Pemetaan terkait isu sudah dilakukan oleh pemerintah bersama kepolisian. Ganjar juga meminta bantuan kepada tokoh agama dan masyarakat untuk terlibat dalam memberikan penjelasan kepada masyarakat.
“Sudahlah, yang dipilih nanti itu ya satu, setelah itu bersaudara lagi. Contohnya sudah ada, sudah dibuat oleh Presiden. Begitu Pak Jokowi dipercaya masyarakat, Pak Prabowo mau menjadi menteri, maka bersatulah. Ketika sudah bersatu, orang yang tidak suka akan memisahkan diri sendiri,” ujarnya.
Tantangan untuk menjaga kondusivitas juga akan menjadi pondasi untuk menghadapi tantangan global, yakni ekonomi. Menurut Ganjar, ekonomi dunia saat ini masih belum stabil sehingga menjaga harmoni dan kerukunan penting sebagai pondasi.
“Ingat lho, ekonomi dunia belum baik. Ini juga tantangan kita di tahun 2020. Kalau kita tidak survive, tidak memperbaiki diri, tidak melakukan inovasi dan kreasi maka kita akan tertinggal. Jika kita bisa menjaga harmoni dengan baik, kondusivitas terjaga, maka lompatan sosial, ekonomi, dan budaya serta dilandasi ideologi yang kuat akan terjadi di Jawa Tengah. Pada tahun 2019 saja banyak perusahaan yang berpindah ke Jawa Tengah karena kondusivitas di sini baik,” pungkasnya. (Humas Jateng)