Lindungi Jejak Digital Perempuan dan Anak
MAGELANG – Bercanda di media sosial, sah-sah saja. Tapi, hindari mengunggah konten pornografi, kekerasan, pelecehan, maupun tampilan tak senonoh pada perempuan dan anak.Hal itu ditegaskan oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah, Riena Retnaningrum pada pembukaan Festival Media Komunitas di Balkondes Borobudur, Magelang, Sabtu (19/10/2019). Diakui, di era digital, penggunaan media sosial tak terelakkan. Hampir semua kalangan dari berbagai usia menggunakannya.“Apalagi, beberapa waktu lalu Tol Langit (Palapa Ring) baru saja diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo,” bebernya.Melihat kondisi tersebut, kata Riena, perlindungan kepada perempuan dan anak, termasuk dalam bermedia sosial, mutlak diperlukan. Pihaknya bersama rekan media juga terus menyosialisasikannya kepada seluruh masyarakat, agar tetap memberikan perlindungan pada perempuan dan anak.“Tujuannya adalah memberi pemahaman bukan hanya kepada rekan media, tapi kepada seluruh masyarakat perlunya perlindungan anak dan perempuan di dunia maya. Identitas mereka, kemudian perlindungan mereka dan sebagainya. Apalagi jejak digital kan tidak bisa dihapus. Itu yg perlu dipahamkan bagi kami-kami semua,” jelasnya.Sembari ngevlog dengan Kadiskominfo Jateng, vloger kondang Bhabin Herman yang juga hadir di Festival Media tersebut mengingatkan, agar para orang tua senantiasa mengawasi anak-anaknya dalam bermedia sosial. Menurutnya, di era globalisasi saat ini sudah tidak ada lagi batasan antara masyarakat yang satu dengan yang lain. Jika tidak pintar menyikapi perkembangan di media sosial, bisa menimbulkan konflik.“Misalnya sesama ibu-ibu arisan nanti ada yang ngomong gini di grup, dan segala macem, akan bisa menimbulkan konflik.
Masyarakat sekarang itu harus hati-hati. Saring dulu sebelum sharing ya,” ucap lelaki pemilik nama lengkap Herman Hadi Basuki.Perwakilan media dari Radio Elshinta Magelang, Choriroh Kurniawati (50) menyampaikan, melalui Festival Media seperti ini mampu mengedukasi masyarakat mengenai konten yang baik dan buruk. Khususnya bagaimana cara masyarakat terutama anak-anak, perempuan, remaja, dan masyarakat umum menggunakan media sosial secara bijaksana. Media ramah anak adalah media yang tidak menampilkan pornografi, adegan sadis, dan hal-hal yang memang bukan tontonan anak-anak.“Jadi, tidak menyalahkan media sosial yang harusnya bisa bermanfaat untuk kita semuanya, tapi kadang-kadang dibikin untuk hal yang tidak bermanfaat. Itu yang perlu kita kikis, kita sosialisasikan,” tutur perempuan yang akrab disapa Wati ini.Senada dengan Wati, siswa SMP Muhammadiyah Kaliabu Magelang, Surya Galih Firdausi (11) meminta agar masyarakat tidak terlalu berlebihan dalam menggunakan media sosial. Apalagi jika digunakan untuk melihat video yang tidak bagus atau tidak sopan. (Tu/Ul, Diskominfo Jateng)