Website Resmi Asosiasi Diskominfo Provinsi Seluruh Indonesia

Gubernur Jambi: Siswa-Siswi Manfaatkan RRI Siarkan Belajar Dari Rumah

Jambi – Gubernur Jambi Dr.Drs.H.Fachrori Umar,M.Hum, menyampaikan pilihan belajar dari rumah bagi siswa-siswi yang saat pandemi covid-19 tidak melaksanakan pembelajaran di ruang kelas atau sekolah sesuai anjuran pemerintah guna memutuskan rantai penyebaran Covid-19, selasa (14/4/20).

Program belajar yang disiarkan RRI dari Jam 10-11 WIB berlangsung hari Senin-Jumat mendapat respons positif dari Gubernur Jambi saat wawancara bersama RRI Jambi di Ruang Kerja Gubernur Jambi,”Sangat bagus untuk menambah variasi pembelajaran guna menghindari kebosanan atau kejenuhan siswa-siswi selama belajar di rumah yang diinstruksikan Bapak dan Ibu Guru melalui media, semoga Program Belajar di RRI ini menjadi pilihan belajar bagi siswa-siswi kita,” ungkap Gubernur Jambi.

Dengan adanya program belajar dari rumah RRI tersebut, mendapat perhatian Gubernur Jambi untuk diinformasikan kepada sekolah di Provinsi Jambi,”Kepada Dinas Pendidikan Provinsi Jambi untuk menginformasikan kepada sekolah tentang Program Belajar di RRI, semoga nanti bisa diikuti oleh siswa-siswi kita,” ujar Gubernur Jambi.

Berkaitan dengan hal tersebut, melalui Whatsapp Ketua Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) Toni Toharudin menyampaikan tulisannya.

Dunia sedang dihadapkan pada bencana global seiring makin meluasnya pandemi Covid-19. Imbas dari Covid-19 ini menyebabkan masa depan dunia dalam ketidakpastian, tidak terkecuali Indonesia.
Melihat jumlah yang dinyatakan positif terus merangkak naik, pemerintah memutuskan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala besar (PSBB). PSBB merupakan respons atas banyaknya kritik masyarakat yang menilai tidak efektifnya social distance untuk membatasi ruang gerak manusia yang masih begitu bebas beraktivitas dan berkerumun.
Melalui PP Nomor 21 Tahun 2020, pemerintah berusaha mempercepat penanganan Covid-19 dengan mengatur lebih tegas peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan di tempat fasilitas umum.

Disrupsi Pembelajaran
Wabah Covid-19 telah mendorong perusahaan sosial yang ditunjukkan dengan berubahnya banyak sektor kehidupan. Sayangnya perubahan tersebut luput dari antisipasi pemerintah dan masyarakat.
Di ranah pendidikan, Covid-19 mengubah cara dan kebiasaan proses pembelajaran. Sekolah yang biasanya menyelenggarakan belajar mengajar di kelas seketika diwajibkan mengganti dengan pembelajaran jarak jauh. Inilah fenomena Disrupsi Pembelajaran yang datangnya begitu cepat dan butuh adaptasi agar kita tidak tertinggal. Sejak dikeluarkannya Surat Edaran Mendikbud Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 Tanggal 17 Maret 2020 perihal pembelajaran secara daring dan belajar dari rumah, sekolah harus memindahkan proses pembelajaran ke rumah.

Sejauh mana efektivitas belajar dari rumah dan apa saja yang tepat dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran dari rumah? Pembelajaran daring bagaimanapun menghadirkan tantangan tersendiri baik untuk guru, siswa dan orangtua.Bagi guru, kebiasaan mengajar di kelas selama puluhan tahun melalui pembelajaran klasikal tentu tidak mudah untuk berganti dengan perantara teknologi dalam waktu sekejap. Dengan waktu adaptasi begitu singkat, guru dibuat bingung.Kebingungan ini dapat disebabkan dua hal. Pertama, meskipun sebenarnya tidak asing dengan internet, selama ini guru belum membiasakan diri dengan pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran.Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun 2018 menunjukkan penggunaan internet di Indonesia rata-rata hanya untuk menjalin komunikasi, medsos, mengisi waktu luang, bermain game, dan menonton film (60,8 persen). Hanya sebagian kecil menggunakannya untuk mendukung pekerjaan dan materi sekolah/kuliah (23, 3 persen) serta sisanya untuk berita, informasi produk dan sebagainya.
Kedua, pembelajaran daring dilakukan dalam kondisi keterpaksaan tanpa ada persiapan. Akhirnya hampir semua gagap menghadapi kenyataan ini. Bukan saja guru, siswa dan orang tua siswa, pemerintah juga mengalami hal yang sama.Situasi saat pemerintah dan masyarakat tidak memiliki cukup kesiapan menghadapi perubahan, muncul kesenjangan ketika berhasil mengimbanginya.Kondisi ini diteorikan William F Ogburn (1912) sebagai cultural lag.Ini fenomena sosial yang menggambarkan ketertinggalan manusia menghadapi perubahan budaya material (teknologi) yang cepat, sementara kecenderungan manusia menggunakan kebiasaan lama yang perubahannya lebih lambat.

Perlu strategi agar penyelenggaraan belajar dari rumah lebih optimal. Pertama, perlu kolaborasi antara guru dan orang tua dalam menyelenggarakan tugas pembelajaran. Guru harus menempatkan orang tua siswa sebagai mitra bukan klien.
Tidak efektifnya pembelajaran daring karena budaya kerjasama antara sekolah dan orang tua selama ini belum terjalin baik.
Kedua, pembelajaran daring harus dimanfaatkan sebagai instrumen membangun karakter siswa, bukan semata mengejar capaian kognitif. Pembelajaran ini harus memberikan bobot tinggi pada upaya menggali kemampuan nonakademik siswa.Misalnya budi pekerti yang diajarkan kepada anak melalui praktek langsung, bukan pembelajaran klasik.Pembelajaran daring dengan hanya memberikan tugas, sama dengan model pendidikan satu arah yang biasa dilakukan oleh guru di kelas.
Model ini terbukti tidak efektif karena hanya mendorong siswa menghapal teori, tetapi tidak memberikan ruang kepada siswa mencari dan menggali potensi diri. Melalui metode belajar dari rumah, siswa harus diarahkan memahami dan menerapkan nilai-nilai yang berguna bagi kehidupan mereka. Ini bisa dimulai dengan melatih siswa memiliki tanggungjawab, kerjasama, kerja keras dan disiplin.Melalui penanaman nilai-nilai tersebut pembelajaran lebih terasa menyenangkan dan mendorong siswa lebih kreatif dan mandiri. Praktik semacam ini saya akan menjadi kunci membangun pendidikan. Jika praktik ini mulai diterapkan saat ini, pembelajaran daring dapat menjadi wahana menyenangkan, bukan sebaliknya malah melahirkan momok menakutkan bagi anak.

Terkait dengan informasi dan penanganan Covid-19 di Provinsi Jambi dilaporkan langsung oleh Gubernur Jambi Dr.Drs.H.Fachrori Umar,M.Hum, untuk kasus positif ada 4 orang, Pasien Dalam Pengawasan ada 9 orang dan Orang Dalam Pemantauan sebanyak 571 orang.
Beberapa yang harus tetap kita lakukan A. Memperkuat pemeriksaan kesehatan di wilayah dan pintu masuk di Provinsi Jambi baik jalur darat, laut dan udara, agar seluruh masyarakat yang mempunyai gejala, akan bisa dideteksi lebih awal dan mengurangi penularan terhadap masyarakat yang lain.
B. Masyarakat tetap dipantau untuk menjaga jarak fisik satu sama lainnya, serta menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), menggunakan masker, mencuci tangan dan sabun, rajin olahraga, makan makanan yang bergizi dan banyak makan buah dan sayur.
C. Untuk Tim Gugus Tugas Provinsi dan Kabupaten/Kota harus meningkatkan upaya kegiatan dalam memerangi secara bersama Covid-19 agar bisa ditekan dan diminimalisir sehingga perkembangan penyakitnya tidak semakin meluas.
D. Saya menghimbau kepada masyarakat Provinsi Jambi yang ada di perantauan untuk sementara tidak pulang ke Jambi dan bagi masyarakat Jambi jangan berpergian ke luar daerah, ini dalam upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 di Provinsi Jambi.
E. Saat ini Pemerintah provinsi Jambi telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 11 Miliar untuk tahap pertama dan tahap kedua sebesar Rp.200 Miliar untuk penanganan Covid-19, salah satu programnya memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak ekonominya akibat Covid-19.(Raihan, Foto:Mulyadi,Vid:Latif)

Leave A Comment